Internet dan belajar
Saat ini kedua hal tersebut bagai perangko dan amplop, terkait satu sama lain, berintegrasi dan saling mendukung. Dulu, pada era teknologi web 1.0 penggunaan internet memang cenderung lebih bersifat statis. Jauh berbeda dengan era 2.0 yang lebih menitikberatkan pada kolaborasi secara online. Ciri yang mencolok adalah prinsip berbagi dan berkolaborasi dalam penggunaannya.
Tahun ini saya dipercaya menjadi wali kelas 1 (SD) dan diawal tahun ajaran saya beserta tim guru kelas 1 sepakat menyiapkan beberapa project kelas dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi internet. Tentu saja project-project tersebut telah disesuaikan dengan kompetensi dasar dari tiap mata pelajaran kelas 1. Penggunaan metode pembelajaran tematik integratif di sekolah tidak dipungkiri memang semakin memudahkan kami, guru, untuk bereksperimen pada proses pelaksanaannya. Project itu kami beri nama Mystery Skype dan The Monsters (beberapa project kelas kami lainnya sempat saya tulis dalam My Class Project). Sedikit catatan bahwa kami menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris di sekolah.
Mystery Skype
Mengenal diri sendiri dan keberagaman manusia adalah salah satu kompetensi dasar yang ada dalam pelajaran kelas 1 (PKn, IPS, dan IPA). Tahun ini, agar murid-murid lebih mendalami makna keberagaman kami merasa perlu untuk mengadakan kolaborasi dengan murid kelas 1 di negara lain (sebenarnya kami juga ingin berkolaborasi dengan sekolah di Indonesia, sangat disayangkan sampai batas waktu kami belum menemukannya). Untuk merealisasikan program ini saya menggunakan Skype, melalui Education Skype guru menjadi sangat mudah untuk berkolaborasi dengan guru lain atau bahkan para ahli yang ada di berbagai belahan dunia. Kita tinggal membuat akun secara gratis, menciptakan project dan memberikan penjelasan singkat. Selanjutnya tinggal menunggu respon dari guru-guru lain yang tertarik untuk berkolaborasi. Pengalaman saya waktu itu, sangat banyak guru negara lain yang tertarik untuk mengenal Indonesia, sayangnya tidak semua bisa kami respon mengingat waktu dan kondisi. Dari beberapa sekolah akhirnya kami memutuskan untuk berkolaborasi dengan Canadian International School (CIS-Hong Kong) dan Concord Road Elementary School (CRES-New York). Setelah berkomunikasi melalui email dengan guru-guru di sekolah tersebut, kami sepakat dengan CIS untuk mengadakan 2 kali sesi online. Berbeda dengan CRES, dikarenakan perbedaan waktu antar benua, kami sepakat hanya saling bertukar video tanya jawab murid tentang budaya masing-masing.
Saat ini kedua hal tersebut bagai perangko dan amplop, terkait satu sama lain, berintegrasi dan saling mendukung. Dulu, pada era teknologi web 1.0 penggunaan internet memang cenderung lebih bersifat statis. Jauh berbeda dengan era 2.0 yang lebih menitikberatkan pada kolaborasi secara online. Ciri yang mencolok adalah prinsip berbagi dan berkolaborasi dalam penggunaannya.
Tahun ini saya dipercaya menjadi wali kelas 1 (SD) dan diawal tahun ajaran saya beserta tim guru kelas 1 sepakat menyiapkan beberapa project kelas dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi internet. Tentu saja project-project tersebut telah disesuaikan dengan kompetensi dasar dari tiap mata pelajaran kelas 1. Penggunaan metode pembelajaran tematik integratif di sekolah tidak dipungkiri memang semakin memudahkan kami, guru, untuk bereksperimen pada proses pelaksanaannya. Project itu kami beri nama Mystery Skype dan The Monsters (beberapa project kelas kami lainnya sempat saya tulis dalam My Class Project). Sedikit catatan bahwa kami menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris di sekolah.
Mystery Skype
Mengenal diri sendiri dan keberagaman manusia adalah salah satu kompetensi dasar yang ada dalam pelajaran kelas 1 (PKn, IPS, dan IPA). Tahun ini, agar murid-murid lebih mendalami makna keberagaman kami merasa perlu untuk mengadakan kolaborasi dengan murid kelas 1 di negara lain (sebenarnya kami juga ingin berkolaborasi dengan sekolah di Indonesia, sangat disayangkan sampai batas waktu kami belum menemukannya). Untuk merealisasikan program ini saya menggunakan Skype, melalui Education Skype guru menjadi sangat mudah untuk berkolaborasi dengan guru lain atau bahkan para ahli yang ada di berbagai belahan dunia. Kita tinggal membuat akun secara gratis, menciptakan project dan memberikan penjelasan singkat. Selanjutnya tinggal menunggu respon dari guru-guru lain yang tertarik untuk berkolaborasi. Pengalaman saya waktu itu, sangat banyak guru negara lain yang tertarik untuk mengenal Indonesia, sayangnya tidak semua bisa kami respon mengingat waktu dan kondisi. Dari beberapa sekolah akhirnya kami memutuskan untuk berkolaborasi dengan Canadian International School (CIS-Hong Kong) dan Concord Road Elementary School (CRES-New York). Setelah berkomunikasi melalui email dengan guru-guru di sekolah tersebut, kami sepakat dengan CIS untuk mengadakan 2 kali sesi online. Berbeda dengan CRES, dikarenakan perbedaan waktu antar benua, kami sepakat hanya saling bertukar video tanya jawab murid tentang budaya masing-masing.
Foto-foto ini adalah dokumentasi pada saat kami mengadakan online conference dengan CIS. Untuk mempermudah presentasi murid, sebelumnya kami telah menyiapkan gambar-gambar yang mendukung presentasi.
Murid-murid lain yang tidak melakukan presentasi mencatat informasi yang mereka dapatkan dari presentasi yang dilakukan oleh murid-murid CIS. Informasi ini akan mereka olah untuk membuat materi presentasi di sesi online yang kedua. Kami berencana melibatkan murid dalam proses dokumentasi saat kami mengadakan project sejenis di masa mendatang.
Murid-murid lain yang tidak melakukan presentasi mencatat informasi yang mereka dapatkan dari presentasi yang dilakukan oleh murid-murid CIS. Informasi ini akan mereka olah untuk membuat materi presentasi di sesi online yang kedua. Kami berencana melibatkan murid dalam proses dokumentasi saat kami mengadakan project sejenis di masa mendatang.
Dari project ini baik saya maupun murid-murid mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Pengalaman yang sebelumnya tidak pernah kami bayangkan. Kami belajar tentang keberagaman dan saling menghormati antar manusia, namun pengalaman berharga lain yang lebih penting adalah kenyataan bahwa murid-murid menjadi semakin tertarik untuk mengenal Indonesia, negara mereka sendiri. Mereka tertantang untuk bisa secara baik dan tepat mempresentasikan Indonesia kepada murid-murid bangsa lain. Hal ini mematahkan dugaan awal kami yang berpikir bahwa project semacam ini justru akan menjauhkan anak-anak dari akar budayanya, khususnya bagi murid kelas 1, ternyata yang terjadi malah sebaliknya.
The Monsters
Skype masih kami gunakan untuk menjalin kolaborasi dengan sekolah lain dalam rangka mendukung pembelajaran Matematika, SBK dan Bahasa Inggris. Kolaborasi yang dilakukan untuk materi pengenalan bangun datar (2D shapes) kami laksanakan dengan Enders Road Elementary School (ERES-New York). Kalau sebelumnya kami yang membuat project, kali ini kami yang menawarkan diri untuk berpartisipasi dalam project yang dibuat oleh guru di sekolah lain. Pada pelaksanaannya kami meminta murid-murid berkompetisi membuat monster imajinasi mereka dari bentuk-bentuk bangun datar yang telah mereka ketahui. Pemenangnya kami videokan untuk memberikan instruksi pembuatan monster bagi murid-murid di ERES, demikian pula sebaliknya. Murid-murid sangat bersemangat mendapatkan video instruksi dari teman baru mereka dan berusaha sebaik mungkin menuangkannya dalam sebuah gambar monster. Oh ya, untuk project kali ini, selain Skype kami juga memanfaatkan Dropbox dan Youtube untuk saling bertukar file. Dibawah ini saya lampirkan hasil karya sebagian murid hasil mendengarkan video instruksi Monster yang dikirim oleh murid ERES.
Skype masih kami gunakan untuk menjalin kolaborasi dengan sekolah lain dalam rangka mendukung pembelajaran Matematika, SBK dan Bahasa Inggris. Kolaborasi yang dilakukan untuk materi pengenalan bangun datar (2D shapes) kami laksanakan dengan Enders Road Elementary School (ERES-New York). Kalau sebelumnya kami yang membuat project, kali ini kami yang menawarkan diri untuk berpartisipasi dalam project yang dibuat oleh guru di sekolah lain. Pada pelaksanaannya kami meminta murid-murid berkompetisi membuat monster imajinasi mereka dari bentuk-bentuk bangun datar yang telah mereka ketahui. Pemenangnya kami videokan untuk memberikan instruksi pembuatan monster bagi murid-murid di ERES, demikian pula sebaliknya. Murid-murid sangat bersemangat mendapatkan video instruksi dari teman baru mereka dan berusaha sebaik mungkin menuangkannya dalam sebuah gambar monster. Oh ya, untuk project kali ini, selain Skype kami juga memanfaatkan Dropbox dan Youtube untuk saling bertukar file. Dibawah ini saya lampirkan hasil karya sebagian murid hasil mendengarkan video instruksi Monster yang dikirim oleh murid ERES.
Dari project-project kelas yang saya lakukan di atas, memang tidak bisa dipungkiri bahwa penggunaan internet secara tepat dan kreatif bisa mendukung proses pembelajaran di dalam kelas. Penyampaian materi bisa lebih variatif dan murid-murid bisa mendapatkan pengalaman yang lebih beragam. Meski kali ini saya belum sepenuhnya melibatkan murid dalam berbagi dan berkolaborasi secara langsung dengan internet, namun kedepan saya ingin memberikan kesempatan agar mereka bisa secara mandiri dan bertanggung jawab pada proses pembelajaran mereka sendiri di sekolah. Salah satunya adalah dengan meminta mereka membuat blog, sehingga mereka bisa lebih leluasa berbagi dan berkolaborasi dengan teman-teman mereka di seluruh penjuru dunia.