Suatu kesempatan yang luar biasa buat saya untuk bisa belajar langsung dari seorang Handry Satriago (CEO GE Indonesia) beberapa saat yang lalu. Berikut ini hal-hal yang saya rangkum dari sharing beliau tentang “LEADING CHANGE”.
Rumus sederhana dari Change atau perubahan yang saya dapatkan pada sesi itu adalah:
E = Q x A
E = Efisiensi perubahan
Q = Aspek Teknik
A = Acceptance
Perubahan bukan suatu hal yang mudah dilakukan, khususnya untuk organisasi yang memang tidak mempunyai kebiasaan atau culture change. Banyak perusahaan-perusahaan yang akhirnya mengalami kerugian yang besar bahkan kehancuran hanya gara-gara gagal melakukan perubahan. Perubahan sulit terjadi karena berubah artinya memaksa setiap orang untuk keluar dari zona nyamannya.
That’s why the strongest foundation of every company should have is THE ABILITY TO CHANGE. With the ability to change the company will have the ability to sustain.
Change atau perubahan bisa terjadi karena didorong oleh 2 hal, yaitu Threat (ancaman) atau Opportunity (kesempatan). Sayangnya kebanyakan melakukan perubahan karena THREAT bukan karena melihat OPPORTUNITY. And it’s too late, late change will cost more than do the change itself.
Perubahan hanya mungkin terjadi karena LEADER dalam suatu organisasi. Kalau di Jepang leader means punctuality, di US leader means vision, berbeda dengan di Indonesia leader artinya ROLE MODEL. Leader harus menjadi role model yang konsisten. And yes, leader is always deal with the tough issues, kalau tidak siap dengan ini sebaiknya tidak menjadi leader.
Banyak leader perusahaan yang fokus untuk meningkatkan aspek teknik (Q – lihat persamaan di atas). Mereka sering lupa bahwa ada faktor penerimaan (A) yang tidak kalah penting dan mempunyai pengaruh besar dalam perubahan suatu organisasi. Coba masukkan angka-angka ke dalam persamaan tersebut dan akan terlihat dengan jelas bahwa ketika A besar meski Q masih rendah efisiensi perubahan akan tetap tinggi.
Next question will be: How to increase the acceptance?
Leader bisa meningkatkan acceptance timnya terhadap suatu perubahan dengan cara have clear vision and share vision to the team. Sekali lagi butuh kekonsistenan seorang pemimpin untuk mengawal proses perubahan tersebut, bukan hanya di awal saja.
4 faktor untuk mengelola perubahan:
1. SPEED : perubahan butuh kecepatan, lambat berubah artinya ekstra biaya
2. STARTING OF CHANGE : perubahan-perubahan kecil perlu dilakukan untuk melakukan sebuah perubahan besar
3. LEADER : perubahan harus dimulai dari pemimpinnya because leader is agent of change dan sekali lagi butuh kekonsistenan seorang pemimpin
4. SYSTEM AND STRUCTURE : perubahan akan lebih mudah dengan sistem dan struktur yang jelas
Rumus sederhana dari Change atau perubahan yang saya dapatkan pada sesi itu adalah:
E = Q x A
E = Efisiensi perubahan
Q = Aspek Teknik
A = Acceptance
Perubahan bukan suatu hal yang mudah dilakukan, khususnya untuk organisasi yang memang tidak mempunyai kebiasaan atau culture change. Banyak perusahaan-perusahaan yang akhirnya mengalami kerugian yang besar bahkan kehancuran hanya gara-gara gagal melakukan perubahan. Perubahan sulit terjadi karena berubah artinya memaksa setiap orang untuk keluar dari zona nyamannya.
That’s why the strongest foundation of every company should have is THE ABILITY TO CHANGE. With the ability to change the company will have the ability to sustain.
Change atau perubahan bisa terjadi karena didorong oleh 2 hal, yaitu Threat (ancaman) atau Opportunity (kesempatan). Sayangnya kebanyakan melakukan perubahan karena THREAT bukan karena melihat OPPORTUNITY. And it’s too late, late change will cost more than do the change itself.
Perubahan hanya mungkin terjadi karena LEADER dalam suatu organisasi. Kalau di Jepang leader means punctuality, di US leader means vision, berbeda dengan di Indonesia leader artinya ROLE MODEL. Leader harus menjadi role model yang konsisten. And yes, leader is always deal with the tough issues, kalau tidak siap dengan ini sebaiknya tidak menjadi leader.
Banyak leader perusahaan yang fokus untuk meningkatkan aspek teknik (Q – lihat persamaan di atas). Mereka sering lupa bahwa ada faktor penerimaan (A) yang tidak kalah penting dan mempunyai pengaruh besar dalam perubahan suatu organisasi. Coba masukkan angka-angka ke dalam persamaan tersebut dan akan terlihat dengan jelas bahwa ketika A besar meski Q masih rendah efisiensi perubahan akan tetap tinggi.
Next question will be: How to increase the acceptance?
Leader bisa meningkatkan acceptance timnya terhadap suatu perubahan dengan cara have clear vision and share vision to the team. Sekali lagi butuh kekonsistenan seorang pemimpin untuk mengawal proses perubahan tersebut, bukan hanya di awal saja.
4 faktor untuk mengelola perubahan:
1. SPEED : perubahan butuh kecepatan, lambat berubah artinya ekstra biaya
2. STARTING OF CHANGE : perubahan-perubahan kecil perlu dilakukan untuk melakukan sebuah perubahan besar
3. LEADER : perubahan harus dimulai dari pemimpinnya because leader is agent of change dan sekali lagi butuh kekonsistenan seorang pemimpin
4. SYSTEM AND STRUCTURE : perubahan akan lebih mudah dengan sistem dan struktur yang jelas