Akhirnya setelah bersusah payah memaksa diri sendiri untuk menulis lagi, VOILA!!!
Ini adalah catatan perjalanan saya ke India beberapa waktu yang lalu. Oh ya, tulisan ini ditulis sekaligus untuk menjawab berbagai pertanyaan dari beberapa teman. Sengaja saya buat menjadi 2 bagian agar tidak terlalu panjang dan membosankan. Bagian pertama menceritakan perjalanan saya terkait dengan dunia pendidikan, bagian kedua sebagai seorang solo traveler. So here we go, my journey to India.
Ini adalah catatan perjalanan saya ke India beberapa waktu yang lalu. Oh ya, tulisan ini ditulis sekaligus untuk menjawab berbagai pertanyaan dari beberapa teman. Sengaja saya buat menjadi 2 bagian agar tidak terlalu panjang dan membosankan. Bagian pertama menceritakan perjalanan saya terkait dengan dunia pendidikan, bagian kedua sebagai seorang solo traveler. So here we go, my journey to India.
,
Pertanyaan paling sering yang ditanyakan oleh teman-teman adalah kok bisa saya jalan-jalan ke luar negeri terus? Let’s admit it guys, gaji sebagai seorang guru berapa sih dan dengan beban kerja yang ada membuat guru tidak mungkin untuk sering bepergian bukan?
Libur sekolah khan panjang, kata banyak orang yang tidak paham. Iya benar saat liburan sekolah artinya High Season Holiday, tiket mahal bok, bukankah begitu? Hehehe, I feel you teachers!!! :p
Ah iya, Laksmi khan bekerja di sekolah yang bagus jadi gajinya pasti banyak, menanggapi ini saya cuma bisa senyum dan mengamini, padahal gaji saya tidak jauh berbeda kok dengan teman-teman guru yang lain. Masih ingat beberapa kali ada teman yang menanyakan gaji saya, mereka cuma bisa melongo tidak percaya. However, I never regret my decision to be a teacher, not even once, I am so proud to be a teacher. Saya selalu percaya rejeki datangnya dari mana saja, apapun bentuknya, yakin saja, selalu lakukan yang terbaik melebihi apa yang harus dikerjakan dan jangan terlalu itung-itungan (pesan ibu saya).
Pertanyaan paling sering yang ditanyakan oleh teman-teman adalah kok bisa saya jalan-jalan ke luar negeri terus? Let’s admit it guys, gaji sebagai seorang guru berapa sih dan dengan beban kerja yang ada membuat guru tidak mungkin untuk sering bepergian bukan?
Libur sekolah khan panjang, kata banyak orang yang tidak paham. Iya benar saat liburan sekolah artinya High Season Holiday, tiket mahal bok, bukankah begitu? Hehehe, I feel you teachers!!! :p
Ah iya, Laksmi khan bekerja di sekolah yang bagus jadi gajinya pasti banyak, menanggapi ini saya cuma bisa senyum dan mengamini, padahal gaji saya tidak jauh berbeda kok dengan teman-teman guru yang lain. Masih ingat beberapa kali ada teman yang menanyakan gaji saya, mereka cuma bisa melongo tidak percaya. However, I never regret my decision to be a teacher, not even once, I am so proud to be a teacher. Saya selalu percaya rejeki datangnya dari mana saja, apapun bentuknya, yakin saja, selalu lakukan yang terbaik melebihi apa yang harus dikerjakan dan jangan terlalu itung-itungan (pesan ibu saya).
Choose a job you love, and you will never have to work a day in your life.
(Confucius)
Saya rangkum beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan oleh teman-teman di bawah ini, semoga bisa menjawab rasa penasarannya hehe....
Apakah saya keluar negeri dengan biaya sendiri?
Tentu tidak, saya ini penggemar jalan-jalan, sambil kerja dan belajar tapi GRATIS hahahaha. Semua biaya sudah ditanggung oleh penyelenggara, tapi untuk mengunjungi tempat-tempat di luar rangkaian kegiatan saya menggunakan biaya sendiri dan India adalah negara yang sangat murah.
Apakah institusi tempat saya bekerja yang mengirim?
Tidak, saya berangkat tidak mewakili institusi apapun, dan perjalanan kemarin hanya saya yang dari Indonesia. Kebanyakan perjalanan yang saya lakukan adalah solo traveling. Saya beruntung sekali institusi tempat bekerja dan pimpinan saya berbaik hati mengijinkan gurunya yang satu ini kemana-mana untuk belajar lagi dan lagi.
Bagaimana bisa ikut berbagai acara di luar negeri?
Nah ini agak panjang, singkatnya tahun 2013 saat itu saya lagi giat-giatnya belajar. Lalu menemukan sebuah gerakan guru belajar yang pusatnya ada di Amerika, Edcamp Foundation. Saya memberanikan diri menghubungi mereka, yang juga guru-guru disana. Saya katakan bahwa saya tertarik untuk belajar dan mereka sangat bersemangat sekali mendukung saya mengadakan Edcamp di Indonesia. Sampai saat ini sudah sekitar 4 kali saya mengadakan kegiatan Edcamp di Indonesia (Surabaya dan Jakarta). Jangan salah, banyak juga kok yang berpikir negatif dan nyinyir, kenapa harus US minded, kenapa harus selalu asing. Nah manusia model seperti ini banyak, nggak ada mereka nggak rame bro sis hehe, haters will be haters, it’s their attitudes and problems, not mine.
Lillahi Ta’ala saja saya lakukan, ingin mengajak teman-teman guru saling belajar. Pendanaan asing tidak ada sama sekali karena Edcamp pada dasarnya bisa dilakukan tanpa biaya. Beruntung ternyata kiprah saya masuk dalam buku yang ditulis oleh Edcamp Foundation, saya hanya kebetulan numpang tenar saja, nama saya dan negara Indonesia masuk dalam buku internasional. Lalu, 2015 saat Education Technology (Edtech) Indonesia Community launching di Jakarta, Edcamp Indonesia diajak untuk mewakili komunitas pendidikan di Indonesia. Saat launching itulah saya bertemu dengan Direktur Edtech Asia, Mike Michalec, dan dialah yang selalu membuka kesempatan untuk saya dalam kegiatan pendidikan Internasional. Termasuk keberangkatan saya ke India kemarin adalah karena beliau merekomendasikan nama saya ke salah satu organisasi pendidikan Internasional. I owe you a lot for all those great opportunities, Mike.
Semoga penjelasan diatas sudah cukup memuaskan rasa penasaran beberapa teman yang ingin tahu.
Selanjutnya lanjut ke rangkaian kegiatan konferensi yang saya ikuti di India, kegiatan yang dimotori oleh Teach for India sebagai bagian dari Teach for All network. Diikuti oleh 110 peserta pegiat pendidikan dari 40 negara, mulai dari benua Asia, Afrika, Eropa, Amerika dan Australia semua ada. Dalam kegiatan tersebut kami dikelompokkan ke dalam kelompok kecil, sangat efektif. Belajar banyak karena bertemu dan berdiskusi langsung mulai dari pemerintah setempat, perusahaan sponsor, aktifis pendidikan, pimpinan, guru, murid sekaligus orang tua murid.
People say picture is worth a thousand words, so let all the pictures below speak themselves.
Selanjutnya lanjut ke rangkaian kegiatan konferensi yang saya ikuti di India, kegiatan yang dimotori oleh Teach for India sebagai bagian dari Teach for All network. Diikuti oleh 110 peserta pegiat pendidikan dari 40 negara, mulai dari benua Asia, Afrika, Eropa, Amerika dan Australia semua ada. Dalam kegiatan tersebut kami dikelompokkan ke dalam kelompok kecil, sangat efektif. Belajar banyak karena bertemu dan berdiskusi langsung mulai dari pemerintah setempat, perusahaan sponsor, aktifis pendidikan, pimpinan, guru, murid sekaligus orang tua murid.
People say picture is worth a thousand words, so let all the pictures below speak themselves.
Happy faces everywhere :)
Warm welcome from Teach for India
Journey to meet school leaders, students and parents
School, private sectors, government for education
India dan Gandhi adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Beruntung bisa mendengarkan langsung tentang banyak hal, nilai-nilai yang diwariskan oleh seorang guru besar, Gandhi. Bahwasanya dalam keadaan apapun kita bisa berbuat yang terbaik untuk orang lain.
She is now my DIDI (big sister). She lived for 5 years in Indonesia when she was 12 years old. Such a role model, she dedicates her life for others since she was so young. A teacher, leader, you name it! Big question from her and that's my homework, " What kind of lens do you use to see the world?". I learned how to change deficit of belief to abundance of belief from her, never lose hope. Beruntung kelompok saya punya kesempatan privat dengannya, beliau berbagi pengalamannya dan kami menangis sedih... Momen dimana kami menyadari bahwa kami masih kurang keras berbuat untuk anak-anak yang kurang beruntung :(
Saya belajar banyak dari semua orang di acara tersebut. Satu hal yang pasti, di setiap negara masalah pendidikan itu pada dasarnya hampir sama. Semua negara masih berjuang untuk memperbaiki sistem pendidikan mereka. Semua sepakat bahwa semua anak berhak mendapatkan kesempatan dan kesetaraan dalam pendidikan sesuai potensi, minat dan bakatnya masing-masing. Berbagai pihak harus terlibat, because you know what "It takes a whole village, to raise a child". Pendidikan bukan saja tanggung jawab guru di sekolah, tapi orang tua dan masyarakat juga ikut bertanggung jawab. Di India saya belajar bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk mengubah sesuatu yang negatif menjadi positif, dan kuncinya ada pada ketulusan HATI kita dalam melakukannya.
Thank you India, you teach me many things! Yes, what we do now is just planting seeds :)
Whatever grows will grow, whatever dies will die
Whatever works will work, whatever flies will fly
Whatever fails will fail, what's meant to soar will soar
We're planting seeds, nothing more.
Thank you India, you teach me many things! Yes, what we do now is just planting seeds :)
Whatever grows will grow, whatever dies will die
Whatever works will work, whatever flies will fly
Whatever fails will fail, what's meant to soar will soar
We're planting seeds, nothing more.