Tulisan ini adalah salinan dari tweet saya dengan sedikit penambahan setelah berdiskusi dengan beberapa teman seprofesi, tweet tentang GURU. Buah ketergelitikan saya atas tweet seorang mahasiswa yang saya yakin sebenarnya cukup peduli dengan pendidikan Indonesia, namun entah kenapa mahasiswa ini menyalahkan guru yang katanya telah banyak mencontohkan tindak kekerasan kepada muridnya. Hhmm...dia tidak sepenuhnya salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Dan tulisan ini adalah sebuah pengingat untuk diri saya sendiri, semoga bisa juga menjadi pengingat untuk rekan-rekan guru lain juga masyarakat luas tentang tanggung jawab berat yang dipikul oleh seorang Guru.
These are my tweet with small revision:
Well flash back sedikit ya, sejak kpn sy jd guru? Sy akan tegas jwb sy sdh jd Guru sejak sy blm sklh TK :) krn ibu sy seorang guru, dan sy harus membantu beliau. Sy serius dg ini, umur segitu sy sdh jd asisten ibu mengajar membaca, anak yg msh kesulitan ibu yg pegang, sisanya sy yg mendampingi. Begitu msk sklh, sy jd "asisten" Guru sy di TK, tmn2 sy dampingi belajar membaca, itu selama pembelajaran di kls, hal ini berlanjut sampai SD. SMP sy mulai membantu ibu membuat soal, koreksi ujian, sampai membuat lesson plan...trmsk memberi masukan ini itu utk pembelajaran. Baru saat SMA sy berhenti jd Guru. Saat kuliah, tmn2 himpunan berinisiatif utk membuat sklh gratis utk masyarakat yg tinggal di tempat pembuangan sampah dan saya juga mengajar di suatu sekolah kecil yang berada di tengah pasar yang ada di Surabaya Utara. Singkat crt mengajar gratis berjalan,dg fakta2 fantastis yg kami temui di lapangan, anak2 TPA tdk diijinkan belajar, memulung saja kata orang tuanya :D
Ikut-ikutan merokok, minum, kata kasar, dan perbuatan jelek, semua diserap dr ortu mrk, kami kakak2 pengajar jd tempat curhat buat mrk. 2 jam sehari itu sangat berarti buat mereka jg kami sebagai guru mereka, tp kami tdk berdaya dg teladan ortu mrk sehari-harinya. Mereka menyerap itu tanpa filter :(
Masa itu lewat, masuklah ke dunia kerja di sekolah, ternyata jd guru tdk semudah yg dibayangkan meski bekal sptnya sdh cukup. Banyak org tdk menyadari tanggung jawab seorang guru maka hari ini akan sy coba rangkum dan bagikan.
1. Kl menjadi org tua tdk ada sklhnya, demikian juga menjadi seorang GURU. Bagaimana dengan sklh pendidikan? Guru memang diajarkan teori tp yg dihadapi adlh manusia yg berakal. Sekolah pendidikan tdk akan pernah bs mengajarkan "sense" kpd calon guru, sama spt kt tdk mgkn bs mengajarkan "mother sense". Di sklh pendidikan calon guru diajarkan, kl anak begini maka guru harus melakukan ini, tentu itu tdk bs mutlak dilakukan, anak2 bkn 1+1=2....mereka jauh lebih kompleks begitu dinamis dan kreatif. Intinya guru hrs menjiwai ilmu psikologi, menjadi psikolog handal, tdk hanya sekedar tahu teorinya saja. Dan sekali lg yg dihadapi oleh seorang guru adalah manusia yang berakal: ANAK dan WALI MURID.
2. Guru hanya bersama anak2 sekitar 8 jam sehari, tp kami dituntut utk "membentuk" anak2 menjadi orang yg sukses kedepannya, possible? Terlepas possible atau tidak, kami bersuka cita menerima tanggung jawab itu meski kadang lelah...bahkan ketika ortu mrk tdk peduli. Sering kami dpt kata2, "Bu guru aja yg menyelesaikan, sy sdh gak tau hrs gmn dg anak saya," and for sure we take it bravely as our responsibility :')
Padahal tetap pendidikan yg paling melekat buat anak2 adlh ortu mrk dan keluarga mrk sendiri....kami guru hanya sdkt "mewarnai" murid-murid kami.
3. Gaya guru mengajar akan menduplikasi dr cara mrk dl diajar....baik dr ortu ataupun guru mrk dulu (Cambridge Training). Jd tantangannya disini, guru dituntut utk mjd pribadi yg baru agar tdk menduplikasi jaman dulu, bs dibayangkan khan?! Rumitnya adlh krn kt punya alam bawah sadar, semua kejadian masa lalu yg dialami oleh seorang guru terekam dengan baik, termasuk bila mungkin ada kejadian traumatik yang dialami. Artinya meski sdh berusaha keluar dr apa yg pernah direkam, ada saat2 guru tanpa sadar akan melakukan atau menduplikasi kejadian yang pernah dialami pada masa lalu. Jadi, jgn heran kl ada berita guru yg memukul atau menganiaya anak didiknya...maybe just maybe mrk menduplikasi itu, guru juga manusia...tp tetap itu salah kok, bukan berarti saya membenarkan hal tersebut.
4. Keberhasilan seorang guru itu tidak serta merta dapat langsung terlihat. Karena tugas guru adalah MENDIDIK bukan hanya mengajar. Ada hal-hal yang diajarkan guru dapat langsung terlihat pada muridnya, namun banyak hal yang baru terlihat setelah bertahun-tahun kemudian. Karena kami juga harus membentuk habit dan karakter. Saya sendiri selalu berpendapat bahwa kesuksesan dari seorang murid itu adalah akumulasi dari pengajaran oleh semua gurunya. Maksudnya begini, ambil contoh murid saya yang selama 3 tahun berturut2 mencoba untuk memenangkan olimpiade IPA.
Ketika pada akhirnya murid saya ini mendapatkan juara, saya yakin ini karena proses pembinaan yang dilakukan oleh guru-gurunya selama 3 tahun. Bukan salah satu gurunya saja. Tentunya tanpa menafikkan perjuangan orang tuanya untuk memberikan dukungan yang luar biasa tanpa henti. I am so proud of her :')
5. Guru itu belajar sedikit dari yang banyak dan mengajarkan banyak dari yang sedikit. Saya diingatkan oleh seorang teman tentang poin ini. Dan poin ini seharusnya bisa memotivasi semua guru untuk menjadi seorang pembelajar seumur hidup. Seorang guru khususnya guru sekolah dasar harus menguasai banyak ilmu. Mulai dari ilmu science, matematika, seni, sosial, pemerintahan, hukum, keuangan, psikologi bahkan kedokteran, dll. Belum lagi tuntutan untuk harus terus meng-update informasi. Why? Agar tidak salah memberikan informasi ke murid-muridnya. Bisa bayangkan kalau guru memberikan informasi atau teori yang diketahui 10 tahun yang lalu kepada muridnya dan ternyata telah diperbarui dan diubah 3 tahun yang lalu. Kami, guru, harus berpengetahuan luas tapi bukan berarti kami harus "sok tahu". Karena ke-sok tahu-an seorang guru akan menjerumuskan muridnya. Jadi jangan heran kalau kami guru juga tahu tentang kinerja otak dan syaraf manusia, memang tidak akan sedalam ahli otak dan syaraf. Dengan pengetahuan minim yang kami miliki harus bisa kami ubah menjadi bekal atau modal yang cukup untuk mendidik murid-murid kami.
Sungguh tanggung jawab yang tidak kalah beratnya kami emban selayaknya kami adalah orang tua dari murid-murid kami. Namun kami yakin, tugas ini tetap akan bisa kami laksanakan dengan sukses bila kami menjalin kerja sama yang baik dan mendapat dukungan penuh dari wali murid kami dan semua pihak. Together we work hand in hand not only as a team but also as a family. TEACHER - STUDENT - PARENTS - SOCIETY :)
HAPPY TEACHING TEACHERS!!!!
Your students need you more than you know :)
These are my tweet with small revision:
Well flash back sedikit ya, sejak kpn sy jd guru? Sy akan tegas jwb sy sdh jd Guru sejak sy blm sklh TK :) krn ibu sy seorang guru, dan sy harus membantu beliau. Sy serius dg ini, umur segitu sy sdh jd asisten ibu mengajar membaca, anak yg msh kesulitan ibu yg pegang, sisanya sy yg mendampingi. Begitu msk sklh, sy jd "asisten" Guru sy di TK, tmn2 sy dampingi belajar membaca, itu selama pembelajaran di kls, hal ini berlanjut sampai SD. SMP sy mulai membantu ibu membuat soal, koreksi ujian, sampai membuat lesson plan...trmsk memberi masukan ini itu utk pembelajaran. Baru saat SMA sy berhenti jd Guru. Saat kuliah, tmn2 himpunan berinisiatif utk membuat sklh gratis utk masyarakat yg tinggal di tempat pembuangan sampah dan saya juga mengajar di suatu sekolah kecil yang berada di tengah pasar yang ada di Surabaya Utara. Singkat crt mengajar gratis berjalan,dg fakta2 fantastis yg kami temui di lapangan, anak2 TPA tdk diijinkan belajar, memulung saja kata orang tuanya :D
Ikut-ikutan merokok, minum, kata kasar, dan perbuatan jelek, semua diserap dr ortu mrk, kami kakak2 pengajar jd tempat curhat buat mrk. 2 jam sehari itu sangat berarti buat mereka jg kami sebagai guru mereka, tp kami tdk berdaya dg teladan ortu mrk sehari-harinya. Mereka menyerap itu tanpa filter :(
Masa itu lewat, masuklah ke dunia kerja di sekolah, ternyata jd guru tdk semudah yg dibayangkan meski bekal sptnya sdh cukup. Banyak org tdk menyadari tanggung jawab seorang guru maka hari ini akan sy coba rangkum dan bagikan.
1. Kl menjadi org tua tdk ada sklhnya, demikian juga menjadi seorang GURU. Bagaimana dengan sklh pendidikan? Guru memang diajarkan teori tp yg dihadapi adlh manusia yg berakal. Sekolah pendidikan tdk akan pernah bs mengajarkan "sense" kpd calon guru, sama spt kt tdk mgkn bs mengajarkan "mother sense". Di sklh pendidikan calon guru diajarkan, kl anak begini maka guru harus melakukan ini, tentu itu tdk bs mutlak dilakukan, anak2 bkn 1+1=2....mereka jauh lebih kompleks begitu dinamis dan kreatif. Intinya guru hrs menjiwai ilmu psikologi, menjadi psikolog handal, tdk hanya sekedar tahu teorinya saja. Dan sekali lg yg dihadapi oleh seorang guru adalah manusia yang berakal: ANAK dan WALI MURID.
2. Guru hanya bersama anak2 sekitar 8 jam sehari, tp kami dituntut utk "membentuk" anak2 menjadi orang yg sukses kedepannya, possible? Terlepas possible atau tidak, kami bersuka cita menerima tanggung jawab itu meski kadang lelah...bahkan ketika ortu mrk tdk peduli. Sering kami dpt kata2, "Bu guru aja yg menyelesaikan, sy sdh gak tau hrs gmn dg anak saya," and for sure we take it bravely as our responsibility :')
Padahal tetap pendidikan yg paling melekat buat anak2 adlh ortu mrk dan keluarga mrk sendiri....kami guru hanya sdkt "mewarnai" murid-murid kami.
3. Gaya guru mengajar akan menduplikasi dr cara mrk dl diajar....baik dr ortu ataupun guru mrk dulu (Cambridge Training). Jd tantangannya disini, guru dituntut utk mjd pribadi yg baru agar tdk menduplikasi jaman dulu, bs dibayangkan khan?! Rumitnya adlh krn kt punya alam bawah sadar, semua kejadian masa lalu yg dialami oleh seorang guru terekam dengan baik, termasuk bila mungkin ada kejadian traumatik yang dialami. Artinya meski sdh berusaha keluar dr apa yg pernah direkam, ada saat2 guru tanpa sadar akan melakukan atau menduplikasi kejadian yang pernah dialami pada masa lalu. Jadi, jgn heran kl ada berita guru yg memukul atau menganiaya anak didiknya...maybe just maybe mrk menduplikasi itu, guru juga manusia...tp tetap itu salah kok, bukan berarti saya membenarkan hal tersebut.
4. Keberhasilan seorang guru itu tidak serta merta dapat langsung terlihat. Karena tugas guru adalah MENDIDIK bukan hanya mengajar. Ada hal-hal yang diajarkan guru dapat langsung terlihat pada muridnya, namun banyak hal yang baru terlihat setelah bertahun-tahun kemudian. Karena kami juga harus membentuk habit dan karakter. Saya sendiri selalu berpendapat bahwa kesuksesan dari seorang murid itu adalah akumulasi dari pengajaran oleh semua gurunya. Maksudnya begini, ambil contoh murid saya yang selama 3 tahun berturut2 mencoba untuk memenangkan olimpiade IPA.
Ketika pada akhirnya murid saya ini mendapatkan juara, saya yakin ini karena proses pembinaan yang dilakukan oleh guru-gurunya selama 3 tahun. Bukan salah satu gurunya saja. Tentunya tanpa menafikkan perjuangan orang tuanya untuk memberikan dukungan yang luar biasa tanpa henti. I am so proud of her :')
5. Guru itu belajar sedikit dari yang banyak dan mengajarkan banyak dari yang sedikit. Saya diingatkan oleh seorang teman tentang poin ini. Dan poin ini seharusnya bisa memotivasi semua guru untuk menjadi seorang pembelajar seumur hidup. Seorang guru khususnya guru sekolah dasar harus menguasai banyak ilmu. Mulai dari ilmu science, matematika, seni, sosial, pemerintahan, hukum, keuangan, psikologi bahkan kedokteran, dll. Belum lagi tuntutan untuk harus terus meng-update informasi. Why? Agar tidak salah memberikan informasi ke murid-muridnya. Bisa bayangkan kalau guru memberikan informasi atau teori yang diketahui 10 tahun yang lalu kepada muridnya dan ternyata telah diperbarui dan diubah 3 tahun yang lalu. Kami, guru, harus berpengetahuan luas tapi bukan berarti kami harus "sok tahu". Karena ke-sok tahu-an seorang guru akan menjerumuskan muridnya. Jadi jangan heran kalau kami guru juga tahu tentang kinerja otak dan syaraf manusia, memang tidak akan sedalam ahli otak dan syaraf. Dengan pengetahuan minim yang kami miliki harus bisa kami ubah menjadi bekal atau modal yang cukup untuk mendidik murid-murid kami.
Sungguh tanggung jawab yang tidak kalah beratnya kami emban selayaknya kami adalah orang tua dari murid-murid kami. Namun kami yakin, tugas ini tetap akan bisa kami laksanakan dengan sukses bila kami menjalin kerja sama yang baik dan mendapat dukungan penuh dari wali murid kami dan semua pihak. Together we work hand in hand not only as a team but also as a family. TEACHER - STUDENT - PARENTS - SOCIETY :)
HAPPY TEACHING TEACHERS!!!!
Your students need you more than you know :)