http://edcamp.org/
http://edcamp.wikispaces.com/
http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=gr7teMAk-hA
http://www.flickr.com/groups/edcamp/pool/with/8513641015/#photo_8513641015
Sebenarnya proses menemukan Edcamp Foundation terjadi tanpa sengaja pada saat saya banyak belajar tentang teknologi untuk pendidikan. Sampai akhirnya saya mendapatkan info tentang Google Teacher Academy dan Edcamp. Saya orang yang haus ilmu dan ingin selalu belajar. Buat saya, seorang guru tidak boleh berhenti belajar. Ada tanggung jawab mendidik murid di pundak seorang guru.
Saya prihatin ketika tahu guru-guru ikut seminar, pelatihan, dan workshop sejenisnya hanya untuk mendapatkan sertifikat. Sebegitu pentingnya arti sertifikat? Ternyata untuk sertifikasi guru dan mendapatkan tunjangan, sertifikat dibutuhkan. Pernah juga suatu saat terlibat diskuusi dengan professor Rheinald Kasali melalui twitter, tentang semangat belajar para guru yang masih kurang. Terjadi diskusi hangat tentang berbagai alasan kenapa guru “malas” untuk belajar. Tapi tetap saya berkeyakinan ada juga guru-guru yang memang berniat untuk belajar dan menambah ilmunya.
Selama beberapa waktu saya berpikir bagaimana cara membuat rekan-rekan guru mau belajar bersama-sama meningkatkan kemampuan? Hmm, tapi siapa saya? Dosen keguruan juga bukan, pembicara terkenal juga bukan, penulis buku juga bukan. Sampai akhirnya saya menemukan Edcamp. Dengan konsep yang non formal dan semua orang bebas berdiskusi apa saja yang sesuai minatnya, memungkinkan semua peserta “tanpa sadar” meningkatkan ilmu dan kemampuannya. Beberapa alasan kenapa saya memilih untuk menyelenggarakan Edcamp di Indonesia (Surabaya) :
Participant-driven
Pembicara dalam Edcamp adalah pesertanya, tidak perlu pembicara terkenal. Semua peserta berhak menuliskan topik yang ingin dibahas atau dipelajari. Semua peserta berhak menjadi pembicara sekaligus bertanya. Forumnya diskusi non formal dalam kelas-kelas kecil sesuai topik yang diminati. Mengumpulkan peserta yang mempunyai semangat (passion) yang sama dalam suatu forum diskusi. Bisa dibayangkan misalnya saya yang haus teknologi pendidikan bertemu dan berdiskusi dengan guru yang telah memanfaatkannya, pastinya akan seru. Bandingkan dengan misalnya saya harus berdiskusi dengan sesama peserta yang ternyata minatnya tentang psikologi anak, pastinya diskusi akan garing bukan?!. Bayangan kami sengan metode semacam ini “tanpa sadar” guru bisa meningkatkan kemampuannya untuk menjadi seorang pembicara, pendengar yang baik sekaligus meningkatkan kepercayaan diri. Bersosialisasi dan belajar dari sesama peserta (peer teaching). Semua “dipaksa” pro aktif berbagi pengalaman, mencari solusi yang bisa diterapkan langsung sepulang dari event.
Topik beragam
Jangan dibayangkan bahwa topik yang dibahas akan berat. Kenyataannya saat saya belajar dari pelaksanaan Edcamp di negara-negara lain, topiknya bisa serius tapi bisa juga ringan, seperti misalnya "Pengalaman Tidak Menyenangkan Seorang Guru Baru". Meski sepertinya topiknya sederhana tapi ternyata diakhir sesi diskusi, forum tersebut menghasilkan hal-hal yang tidak menyenangkan yang dialami guru baru. Tentu hasil diskusinya bisa menjadi masukan penting untuk kepala sekolah atau pengelola sekolah. Jadi setiap peserta bisa saja berbagi pengalaman kesehariannya sebagai seorang guru.
One for all, all for one
Peserta Edcamp tidak dibatasi hanya guru dan pendidik saja. Kepala sekolah/institusi, pemilik institusi, orang tua murid, NGO, masyarakat umum boleh berpartisipasi dalam event ini. Dengan satu topik besar: PENDIDIKAN. Diluar bahkan Edcamp berkembang semakin beragam misalnya: edcamp kepala sekolah, edcamp orang tua, edcamp pegawai administrasi, dll.
FREE
Kalau biasanya seminar, workshop (baca: cari ilmu) bayar, tidak demikian dengan Edcamp. Dengan konsep (un)conference setiap orang bisa mengadakan Edcamp. Ada biaya-biaya yang bisa dihilangkan dengan konsep seperti ini. Biaya untuk pembicara jelas tidak ada. Biaya konsumsi? Nah, konsep konsumsi peserta sangat unik. Di luar negeri, biasanya peserta punya pilihan untuk membeli konsumsi di tempat terdekat (panitia akan menginfokan lokasi-lokasinya) atau delivery service (misalnya panitia akan mengumumkan bahwa mereka akan memesan pizza untuk makan siang, bagi peserta yang ingin bergabung membeli dipersilakan). Dengan konsep yang unik seperti ini, sempat terpikirkan konsumsi Edcamp ala Indonesia, which is Potluck atau RUJAKAN (tiap peserta sukarela membawa apa yang bisa mereka bawa untuk dimakan bersama-sama) :) Syukur-syukur kalau ada sponsor yang meng-cover konsumsi.
ALASAN PRIBADI
Hehehe, kalau alasan ini memang sangat pribadi. Awalnya dari sebuah peta. Ada peta dunia di halaman website Edcamp. Setiap negara yang telah menyelenggarakan Edcamp akan dipasang pin (ada istilah ICT kah untuk ini?). Saya “gatel” lihat pin itu belum ada di Indonesia. Saya ingin sekali pin itu terpasang di peta Indonesia. Konyol mungkin kedengarannya, tapi itulah kenyataannya. Semoga dengan terpasangnya pin Edcamp di Indonesia bisa menjadi awalan, suatu saat nanti pendidikan Indonesia akan menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
Selamat Hari Pendidikan Nasional!
Semoga para pendidik tidak melupakan filosofi lokal pendidikan kita yang super keren “Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani”