Desember tahun lalu saya mengenal seseorang, darinya saya mendapatkan sumber inspirasi yang mengarahkan saya untuk mengenal dunia digital dan aplikasinya lebih jauh. Dan sejak saat itulah saya belajar banyak tentang teknologi pendidikan #edtech. Awal mula saya terhubung dengan rekan-rekan guru baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang aktif di sosial media. Belajar tentang banyak hal baru termasuk tentang design thinking dan gamifikasi. Inspirasinya mendorong saya untuk berani membuat Edcamp Indonesia, menjalin kerja sama dengan rekan guru di luar negeri. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan saya sebagai seorang pendidik. Ya, dari sosok inilah saya belajar tentang passion, contribution, impact, dan yang terpenting CREATION.
Ketika saya mengikuti perjalanan hidupnya, I’m totally inspired!!! Di saat usianya masih belasan tahun dia sudah menghasilkan karya pertama (definitely made me having deep self reflection). Berlanjut sampai sekarang menjalani passion di bidang pendidikan dan mengembangkan karya yang sering membuatnya menjadi the youngest person in the room. The youngest and the best.
Ketika saya mengikuti perjalanan hidupnya, I’m totally inspired!!! Di saat usianya masih belasan tahun dia sudah menghasilkan karya pertama (definitely made me having deep self reflection). Berlanjut sampai sekarang menjalani passion di bidang pendidikan dan mengembangkan karya yang sering membuatnya menjadi the youngest person in the room. The youngest and the best.
Per aspera ad astra. Through hardships to the stars.
Individu ini sebenarnya tidak menjalani masa taman kanak-kanaknya dengan mudah (sedikit mengingatkan saya pada sosok Albert Einstein). But not that dramatic, of course. Mempunyai kesulitan membaca secara efektif di masa kanak-kanak sehingga guru kelasnya memberikan rekomendasi agar tetap bersekolah di taman kanak-kanak. But mommy said, “……kami percaya dia akan menemukan caranya sendiri”. Well, mom has the best instinct in the world. Setelah beberapa bulan menjalani kelas 1 sekolah dasar, dia malah menjadi anak yang sangat suka membaca, bahkan kemampuan dalam memahami bacaan melebihi anak-anak seumurannya. I never got clear answer in this case about who played big role, mom or school. Menjalani masa sekolah dasar di sekolah anak-anak yang tidak mampu dan selanjutnya di sekolah untuk anak-anak dari kalangan berada. No special record during primary until high school, except the first creation. Catatan penting dari perjalanan akademisnya bahwa sosok ini adalah seorang pembelajar alami yang selalu ingin tahu berbagai hal, lintas ilmu pengetahuan. Keputusan paling dramatis yang pernah dibuat di bidang akademis adalah berhenti kuliah setelah memenangkan kompetisi bisnis di universitasnya yang ternama, memilih mengembangkan ide bisnisnya lebih jauh. Ide bisnis ini adalah karyanya yang ke-dua, sukses dibeli oleh investor. Dan saat ini, mengembangkan karya ke-tiga-nya, karya yang diharapkan bisa memberikan kontribusi untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang. Eight years already and starts to get appreciation and acknowledgement.
Sejenak saya lupa, bagaimana individu ini bisa tumbuh menjadi sosoknya yang sekarang. Sampai saya diingatkan, jawabannya adalah Orang Tuanya. This person has an Awesome Parents!! Kedua orang tuanya menjadi role model yang kuat dan ideal tentang passion, contribution, impact, creation (berbuat untuk orang lain) baginya dan kedua saudaranya. Ayah ibunya hanya warga biasa dan bukan pejabat kota. Tapi merekalah yang berinisiatif membangun community center mulai dari nol di kota kecil tempat mereka tinggal. Community center ini dijadikan pusat kegiatan sosial, mulai dari menyediakan dana pendidikan bagi yang membutuhkan biaya sekolah, advokasi lingkungan (menjaga lingkungan, mengolah sampah, penggunaan bahan bakar alternative), penggalangan dana, pusat pendidikan keluarga dan masyarakat, dll. They empower the community of their hometown. Pada saat terjadi bencana di daerah sekitarnya, Ibunya pro aktif berperan mencarikan tempat pengungsian bagi para korbannya. Individu ini tumbuh di lingkungan keluarga yang mengajarkan apa dan bagaimana berbuat bagi sesama. The parents, they walk the talk and their kids now following their paths. Sejauh yang saya tahu, sejak awal individu ini selain menjalani hari-harinya untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan, juga aktif di beberapa organisasi dan kegiatan sosial yang mendukung tersedianya akses pendidikan yang layak bagi masyarakat. Mengikuti jejak orang tuanya, memberikan kontribusi bagi orang lain. And it’s definitely not just about money.
Teman saya berkata, “Anak itu adalah investasi”. Ada benarnya, tapi investasi yang satu ini sangat berbeda dengan investasi di produk keuangan seperti reksadana, logam mulia atau pasar modal. Hanya dengan menanamkan sejumlah uang tinggal terima hasilnya di jangka waktu tertentu. Anak sebagai investasi ditumbuhkan tidak serta merta hanya dengan membiayai sekolahnya di sekolah terbaik dan memenuhi segala keinginannya. Many of us forget that the best thing that we can give for our kids is ourselves. Kita sebagai role model, sebagai contoh konkrit bagi mereka yang nyata terlihat dan bisa dirasakan oleh panca indera mereka. Teringat pertanyaan teman kuliah saya tentang kasus khusus dimana orang tua tidak bisa menjadi role model bagi anaknya (TKI, orang tua yang berkarir, dll) lantas apa yang bisa dilakukan? Dosen saya waktu itu menjawab agar kita memberikan sosok lain kepada sang anak, seseorang yang bisa menjadi role model yang baik, namun tentu saja yang perlu tetap dipegang teguh adalah bahwa role model terbaik buat seorang anak adalah orang tuanya sendiri. Good luck, parents!
Sejenak saya lupa, bagaimana individu ini bisa tumbuh menjadi sosoknya yang sekarang. Sampai saya diingatkan, jawabannya adalah Orang Tuanya. This person has an Awesome Parents!! Kedua orang tuanya menjadi role model yang kuat dan ideal tentang passion, contribution, impact, creation (berbuat untuk orang lain) baginya dan kedua saudaranya. Ayah ibunya hanya warga biasa dan bukan pejabat kota. Tapi merekalah yang berinisiatif membangun community center mulai dari nol di kota kecil tempat mereka tinggal. Community center ini dijadikan pusat kegiatan sosial, mulai dari menyediakan dana pendidikan bagi yang membutuhkan biaya sekolah, advokasi lingkungan (menjaga lingkungan, mengolah sampah, penggunaan bahan bakar alternative), penggalangan dana, pusat pendidikan keluarga dan masyarakat, dll. They empower the community of their hometown. Pada saat terjadi bencana di daerah sekitarnya, Ibunya pro aktif berperan mencarikan tempat pengungsian bagi para korbannya. Individu ini tumbuh di lingkungan keluarga yang mengajarkan apa dan bagaimana berbuat bagi sesama. The parents, they walk the talk and their kids now following their paths. Sejauh yang saya tahu, sejak awal individu ini selain menjalani hari-harinya untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan, juga aktif di beberapa organisasi dan kegiatan sosial yang mendukung tersedianya akses pendidikan yang layak bagi masyarakat. Mengikuti jejak orang tuanya, memberikan kontribusi bagi orang lain. And it’s definitely not just about money.
Teman saya berkata, “Anak itu adalah investasi”. Ada benarnya, tapi investasi yang satu ini sangat berbeda dengan investasi di produk keuangan seperti reksadana, logam mulia atau pasar modal. Hanya dengan menanamkan sejumlah uang tinggal terima hasilnya di jangka waktu tertentu. Anak sebagai investasi ditumbuhkan tidak serta merta hanya dengan membiayai sekolahnya di sekolah terbaik dan memenuhi segala keinginannya. Many of us forget that the best thing that we can give for our kids is ourselves. Kita sebagai role model, sebagai contoh konkrit bagi mereka yang nyata terlihat dan bisa dirasakan oleh panca indera mereka. Teringat pertanyaan teman kuliah saya tentang kasus khusus dimana orang tua tidak bisa menjadi role model bagi anaknya (TKI, orang tua yang berkarir, dll) lantas apa yang bisa dilakukan? Dosen saya waktu itu menjawab agar kita memberikan sosok lain kepada sang anak, seseorang yang bisa menjadi role model yang baik, namun tentu saja yang perlu tetap dipegang teguh adalah bahwa role model terbaik buat seorang anak adalah orang tuanya sendiri. Good luck, parents!